- Pengertian Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmonal adalah penyempitan
pada lubang masuk arteri pulmonalis. Tahanan yang merintangi aliran darah
menyebabkan hipertrofi ventrikel knan dan penurunan aliran darah paru. Stenosis
arteri pulmonal bisa terjadi pada begian valvuler, supra valvuler maupun
infundibuler. Sangat jarang kelainan ini disebabkan oleh reaktivasi rema, tapi
umumnya merupakan kelainan jantung konginental, yang dibawa sejak lahir.
Stenosis pulmonal tipe valvuler lebih banyak ditemukan pada anak dibandingkan
dengan tipe infundibuler. Sementara itu, stenosis pulmonal tipe infundibuler
jarang sekali ditemukan sebagai kelainan yang berdiri sendiri, tetapi biasanya
menyertai kelainan jantung yang lain, seperti pada tetralogi fallot. Demikian
pula stenosis pulmonal tipe supravalvuler sangat jarang ditemukan tersendiri,
tapi justru merupakan salah satu bagian dari suatu kelainan konginental yang
lebih kompleks, seperti sindrom noonan, sindrom wiliam, atau rubella
konginental.
Pada stenosis pulmonal yang ringan,
umumnya pasien asimptomatik dan tidak memburuk oleh bertambahnya usia. Tumbuh
kembang pun tidak terganggu. Tapi sebagaimana halnya dengan kelainan jantung
konginental yang lain, profilaksis antibiotic terhadap endokarditis bacterial
perlu diperhatikan. Pada stenosis pulmonal yang moderat atau cukup berat,
berbagai keluhan dan komplikasi dapat berkembang lebih buruk di waktu-waktu
mendatang.
- Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung
bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan
eksogen. Faktor
–faktor tersebut antara lain :
- Faktor endogen
- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
- Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan.
- Faktor eksogen
- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)
- Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
- Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli
berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab
adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada
sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
- Patofisiologi
Karena stenosis yang terjadi pada
katup pulmonal ( tipe valvuler ), atau pada pangkal arteri pulmonal ( tipe
supravalvuler ), atau pada infundibulum ventrikel kanan ( tipe subvalveler ),
maka ventrikel kanan akan menghadapi beban tekanan berlebihan yang kronis.
Dilatasi pasca stenotik pada arteri pulmonal merupakan pertanda yang
karakteristik bagi stenosis pulmonal tipe valvuler dan tidak ditemukan pada
tipe stenosis pulmonal yang lain. Katup pulmonal tampak doming pada waktu
systole, tebal dan mengalami fibrosis, tapi jarang sekali disertai klasifikasi.
Jika ditemukan proses klasifikasi, biasanya disebabkan oleh infiksi
endokarditis bacterial.
Adanya hipertrofi ventrikel kanan
menunjukkan bahwa stenosis pulmonal cukup signifikan. Bagian infundibuler akan
mengalami hipertrofi pula dan hal ini akan memperberat stenosis pulmonal.
Tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kanan pun meninggi. Elastisitas miokard
berkurang dan akhirnya timbul gejala gagal jantung kanan.
Severitas stenosis pulmonal umumnya
dibedakan sebagai stenosis pulmonal yang ringan, yang moderat dan yang berat,
walaupun perbedaan ini hanya bersifat arbitrer dan sering overlapping, bahkan
mengalami perubahan yang progresif. Pada stenosis pulmonal yang ringan, tekanan
sistolik di ventrikel kanan biasanya kurang dari 50 mmHg dan itu berarti kurang
dari 50% tekanan sistemik. Pada stenosis pulmonal yang moderat, tekanan
sistolik ventrikel kanan berkisar antara 50-75% dari tekanan sistemik, atau
antara 50-75mmHg. Dan stenosis pulmonal dianggap berat, apabila tekanan
sistolik ventrikel kanan lebih dari 75% tekanan sistemik, atau lebih dari 75
mmHg. Kemudian stenosis pulmonal dianggap sudah kritis apabila tekanan sistolik
ventrikel kanan melebihi tekanan sistemik.
Pada pasien PS, tentu dapat
dilakukan upaya agar pembukaannya dapat lebih lebar. Pertama dengan jalan
operasi. Tetapi dalam 15 tahun terakhir ini dapat dilakukan pula dengan upaya
non-bedah yakni dengan balonisasi katup untuk melebarkan katup yang sempit
tersebut (pasien datang pagi hari, dan pulang keesokan harinya). Dapat
dilakukan di RS2 yang ada fasilitas kateterisasi dan dilakukan dokter jantung
yang berpengalaman melakukan tindakan ini.
- Tanda dan Gelaja
Pasien stenosis pulmonal biasanya
asimtomatik, kecuali keluhan cepat capek karena curah jantung berkurang.
Apabila stenosis pulmonal cukup berat, disertai dengan defek septum atrium atau
defek septum ventrikel, maka kelainan seperti itu dapat memberikan gejala
sianosis yang signifikan, yang disebabkan oleh terjadinya pirau aliran darah
dari kanan ke kiri.
Pada pemeriksaan fisik, komponen pulmonal
bunyi jantung ke-2 terdengar lemah atau bahkan tidak terdengar sama sekali,
sehingga bunyi jantung ke-2 terdengar seperti tunggal. Murmur ejeksi sistolik
dapat di deteksi di daerah pulmonal, pada sela iga 2-3 kiri parasternal,
didahului sebelumnya oleh klik ejeksi sistolik dan dapat diraba sebagai thrill.
Elektrokardiografi menunjukkan
adanya hipertrofi ventikel kanan karena beban tekanan berlebih. Gelombang P
tampak tinggi, karena hipertrofi atrium kanan. Foto thorak pada stenosis
pulmonal tanpa kelainan konginental yang lain, biasanya memberikan gambaran
jantung yang relative normal, dengan vaskulerisasi paru yang normal pula. Pada
stenosis pulmonal yang sangtat berat apalagi disertai pirau dari kanan ke
kiri-vaskularisasi paru bisa tampak oligemik. Hanya konus pulmonal tampak
sangat menonjol, yang disebabkan oleh dilatasai pasca stenotik. Apabila
hipertrofi ventrilkel kanan sudah begitu lanjut, bahkan mulai timbul gejala
gagal jantung kanan, maka rekaman foto thorak menunjukkan dilatasi ventrikel kanan
dean atrium kanan, disertai tanda-tanda bendungan pada paru.
Pada stenosis pulmonal yang ringan,
elektrokardiografi dan foto torak mungkin tidak berubah dan masih berada dalam
batas-batas normal. Kadang-kadang beberapa kelainan memberikan gejala yang mirip
dengan stenosis pulmonal, seperti straight back syndrome, dilatasi ideopatik
arteri pulmonal, dan sebagainya.
MANIFESTASI KLINIS PADA STENOSIS PULMONAL
- Gangguan fungsi miokard :
- Takikardia
- Perspirasi ( yang tidak tepat )
- Penurunan haluaran urine
- Keletihan
- Kelemahan
- Gelisah
- Anoreksia
- Ekstrimitas pucat dan dingin
- Denyut nadi perifer lemah
- Penurunan tekanan darah
- Irama gallop
- Kardiomegali
- Kongesti paru
- Takipnea
- Dispnea
- Retraksi ( bayi )
- Pernapasan cuping hidung
- Intoleransi terhadap latihan fisik
- Ortopnea
- Batuk, suara serak
- Sianosis
- Mengi
- Suara seperti mendengkur ( grunting )
- Kongesti vena sistemik
- Pertambahan berat badan
- Hepatomegali
- Edema perifer, periorbital
- Asites
- Distensi vena leher ( pada anak-anak )
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan ekokardiografi
Dengan ekokardiografi M-mode dinding
ventrikel kanan tampak tebal dan mungkin dilatasi. Hipertrofi dan dilatasi ini
disebabkan oleh beban tekanan berlebih yang kronis yang dihadapi oleh ventrikel
kanan. Pada stenosis pulmonal valvuler, katup pulmonal menunjukkan multiple
echoes pada saat diastole disertai gelombang A yang dalam. Pada stenosis
pulmonal infundibuler, tampak fluttering daun katup pulmonal pada saat systole
dan gelombang A mungkin tidak begitu dalam atau menghilang.
Daerah ekokardiografi 2-D, dan
posisi pengambilan aksis lintang di daerah pulmonal, akan terekam daun katup
pulmonal yang tebal disetai doming pada saat systole, penebalan infundibulum
ventrikel kanan, atau stenosis arteri pulmonal supravalvuler. Pada stenosis
pulmonal yang lanjut, kadang-kadang ditemukan pula adanya klasifikasi pada
katup.
Dengan pemeriksaan Doppler,
turbolensi aliran darah dan meningkatnya kecepatan aliran darah yang melewati
katup pulmonal pada saat systole, menunjukkan adanya stenosis pulmonal yang signifikan.
Rewkaman Doppler dilakukan dengan posisi pengambilan aksis lintang di daerah
pulmonal ataupun posisi suprasternal kea rah arteri pulmonal kanan. Pada
stenosis pulmonal valvuler, rekaman turbulensi aliran darah akan tampak jelas
apabila volume sampel diletakkan persis di balik katup pulmonal dan aliran
darah akan tampak laminal apabila volume sampel diletakkan di infundibulum
ventrikel kanan didepan katup pulmonal
- Penggunaan kateterisasi
Pada stenosis pulmonal yang ringan
dan asimtomatik, kateterisasi tidak perlu segera dilakukan. Tapi pada stenosis
pulmonal yang cukup berat, kateterisasi harus segera dilakukan untuk mengetahui
gradient tekanan antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonal, perbedaan
saturasi antar ruang dan kemungkinan adanya kelainan jantung yang lain.
Tekanan di ventrikel kanan tampak
meningkat, tapi tekanan dalam arteri pulmonal relative normal atau bahkan
berkurang, sehingga terjadi gradient tekanan sistolik antara kedua ruangan itu
diatas 10mmHg. Tekanan ventrikel kanan biasanya kurang dari 50mmHg, tapi belum
melebihi tekanan sistemik, dianggap stenosis pulmonal masih moderat. Dan
stenosis pilmonal dianggap berat, apabila tekanan di ventrikel kanan menyamai
atau bahkan sudah melebihi tekanan sistemik, sementara tekanan rata-rata dalam
arteri pulmonal rendah sekali.
Angiografi ventrikel kanan dengan
posisi lateral dapat memperlihatkan letaknya stenosis. Katop pulmonal tampak
tebal, doming, dengan pancaran kontras yang nyata pada saat systole melalui
lubang katup yang kecil. Dengan jelas tampak pula dilatasi arteri pulmonal
pasca stenotik.
- Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan
hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada
umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.
Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan
Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
- Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan
penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung . gambaran khas
jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu.
- Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu
berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar
dijumpai pulmonal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ekokardiografi
Dengan posisi
pengambilan aksis bujur dan aksis lintang parasternal atau subsifoid, dapat
direkam kedua pembuluh darah besar (aorta dan pulmonal) dan hubungannya dengan
kedua ventrikel tempat asal keluarnya. Tampak kedua pembuluh darah besar
berjalan paralel pada rekaman aksisi bujur para sternal. Pada rekaman aksis
lintang parasternal, tampak posisi katup aorta justru berada disebelah anterior
dan katub pulmonal di sebelah posterior.dan apabila transduser kemudian lebih
diarahkan ke posterior pada aksis lintang itu, maka akan tampak percabangan
dari pembuluh darah yang berada di sebelah posterior dan percabangan ini
menunjukkan bahwa pembuluh darah itu adalah arteri pulmonal.
Dimensi
ventrikel kanan biasanya besar dan ventrikel kiri dalam batas normal, kecuali
sudah terjadi hipertrofi biventrikuler. Pada pemeriksaan ekokardiografi,
identifikasi morfologi tiap ruang ventrikel sangat penting dipehatikan, seprti
bentuk trabekelnya, ada tidaknya infundibulum, jumlah daun katup, dan jumlah
otot papiler yang dimiliki ruangan itu.
Kateterisasi
Pemeriksaan
kateterisasi menunjukkan bahwa saturasi oksigen di aorta umumnya lebih rendah
dari arteri pulmonal. Tekanan diventrikel kiri relatif sama atau bahkan bisa
lebih rendah dibandingkan dengan ventrikel kanan.
Ventrikulografi
harus dilakukan pada kedua ventrikel dengan posisi pengambilan laterak dan
frontal, untuk mengetahui hubungan transposisi ventrikulo-arterial itu dan
kemungkinan adanya kelainan kongenital lainnya. Angiografi aorta dilakukan
untuk melihat adanya duktus arteriosus atau koartasio aorta yang mungkin
menyertainya pula. Dan seperti halnya dengan kelainan jantung kongenital
sianotik lainnya, kadang-kadang terlihat berkembangnya MAPCA pada transposisi
pembuluh darah besar yang mampu bertahan hidup sampai usia 1-2 tahun.
Pada waktu
kateterisasi, hendaknya dilakukan septostomi atrial dengan kateter balon
rashkind ataupun septektomi atrial menurut blalock-harlon, sebagai tindakan
paliatif untuk memungkinkan terjadinya percampuran pada tingkat atrium. Dengan
demikian, percampuran darah pada tingkat ventrikel dapat dikurangi dengan
operasi penutupan defek septum ventrikel atau pengikatan (banding) arteri
pulmonal, untuk mengatasi gejala-gejala gagal jantung kongestif. Apabila
transposisi pembuluh darah besar disertai dengan stenosis pulmonal yang berat,
maka perlu dilakukan anastomosis lebih dahulu antara pembuluh darah sistemik
dengan arteri pulmonal secara blalock-taussig, potts atau waterston, sebelum
tidakan komisurotomi pulmonal dipertimbangkan dikemudian hari.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
- Keluhan Umum
Pada fase awal,
keluhan utama biasanya sesak nafas, nyeri dada bahkan kelemahan menjadi alasan
klien untuk meminta pertolongan kesehatan.
- Riwayat Penyakit Saat Ini
1.
Riwayat
kehamilan : Ditanyakan sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor
endogen dan eksogen yang mempengaruhi).
2.
Riwayat
tumbuh: Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq
selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi
penyakit.
3.
Riwayat
psikososial/ perkembangan
·
Kemungkinan
mengalami masalah perkembangan
·
Mekanisme
koping anak/ keluarga
·
Pengalaman
hospitalisasi sebelumnya
4.
Pemeriksaan
fisik
·
Pada
awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak biru setelah
tumbuh.
·
Clubbing
finger tampak setelah usia 6 bulan.
·
Serang
sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal hiperpnea, hypoxic
spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop
bahkan sampai koma dan kematian.
·
Anak
akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan
beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan
kembali.
·
Pada
auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin
melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
·
Bunyi
jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
·
Bentuk
dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol akibat
pelebaran ventrikel kanan
·
Ginggiva
hipertrofi, gigi sianotik
5.
Pengetahuan
anak dan keluarga :
·
Pemahaman
tentang diagnosis.
·
Pengetahuan/penerimaan
terhadap prognosis
·
Regimen
pengobatan
·
Rencana
perawatan ke depan
·
Kesiapan
dan kemauan untuk belajar
- Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang mendukung
dilakukan dengan mengkaji apakah sebelumnya klien pernah menderita penyakit
yang sama atau penyakit yang berhubungan dengan penyakit yang sekarang
dirasakan oleh klien. Riwayat inum obat, catat adanya efek samping yang terjadi
dimasa lalu. Juga pengkajian adanya riwayat alergi obat, dan tanyakan reaksi
alergi apa yang timbul. Perlu dicermati sering kali klien mengkacaukan suatu
alergi dengan efek samping obat.
- Riwayat Keluarga
Perawat
menanyakan mengenai penyakit yang pernah dialami oleh keluarga, serta bila ada
anggota yang meninggal, maka penyebab kematian juga ditanyakan.
- Pemeriksaan Fisik
·
Keadaan umum : keadaan atau
penampilan klien secara umum. Misalnya klien terlihat lemas, lemah, gelisah,
sakit berat, atau sakit ringan.
·
TTV : Suhu : 36,2 º C TD : 110/70 mmHg
Nadi : 79 x/menit RR : 25 x/menit
·
B1 (Respirasi)
Apabila gangguan sudah terkait dengan
tranposisi biasanya klien terlihat sesak nafas, pola nafas tidak teratur,
frekuensi nafas melebihi normal. Sesak nafas ini terjadi akibat pengeluaran
tenaga yang berlebihan dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir dari
ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Biasanya disertai
dengan retraksi oto bantu nafas, ada suara nafas tambahan/abnormal seperti
wheezing atau ronchi.
·
B2 (Kardiovaskuler)
Pada
pemeriksaan kardiovaskuler didapatkan adanya nyeri dada, kaji juga apakah
iramanya teratur atau tidak, adanya sianosis central maupun perifer. CRT > 2
detik atau 3 detik. Adanya clubbing finger. Biasanya disertai pula dengan
adanya suara tambahan S3/S4
·
B3 (Persyarafan)
Kesadaran
biasanya compos mentis, istirahat tidur menurun, kaji adaya nyeri kepala atau
tidak
·
B4 (Genetourinaria)
n ini kaji kebersihan alat kelamin,
bentuk alat kelamin, cacat frekeunsi berkemih, teratur atau tidak, berapa
jumlahnya, bagaimana bau dan warnanya, kaji apakah klien memakai alat bantu
atau tidak.
·
B5 (Pencernaan)
Klien biasanya mengeluh mual dan
muntah, tidak nafsu makan, berat badan turun. Pembesaran dan nyeri tekan
kelenjar limfe dan nyeri tekan abdomen. Kaji adanya bising usus. Kaji
kebersihan mulut.
·
B6 (Muskuloskeletal dan Integumen)
Meliputi pengkajian terhadap aktivitas
dengan gejala kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap.
Tanda yang dapat dikenali adalah takitardia dan dispnea pada saat aktifitas. Akral
dingin,klien kesulitan melakukan tugas perawatan diri sendiri, adanya oedema
didaerah perifer.
·
B7 (Pengindraan)
Konjungtiva pucat, ketajaman
penglihatan kabur. Pada hidung kaji adanya epistaksis atau tidak, bagaimana
ketajaman penciumannya apakah normal atau tidak,adanya sekret atau tidak. Kaji
pada telinga normal atau tidak, simetris atau tidak, bagaimana ketajaman
pendengarannya. Bagaimana klien dapat merasakan rasa asin, pahit, asam,
manis. Normal atau tidak indra perabanya klien.
- B8 (Endokrin)
Apakah ada pembesaran kelenjar parotis
atau thiroid. Ada atau tidaknya luka ganggren. Pengukuran volume output urine
berhubungan dengan intake cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien
dengan infark miokardium akut karena merupakan tanda awal syok kardiogenik.
B. Analisa Data
No
|
Tgl/Jam
|
Pengelompokan Data
|
Etiologi
|
Masalah Keparawatan
|
1
|
21-12-2010
/09:00 WIB
|
Ds: pasien
mengatakan nyeri dada
Do:
Suhu : :
36,2 º C
TD :
110/70 mmHg
Nadi : 79
x/menit
RR : 25
x/menit
Akral
dingin
Sianosis
(+)
Konjungtiva
pucat
Wheezing
(+)
Oedema
CRT ≥ 3
detik
|
TGA
Darah
mengalir tak sempurna
Penurunan volume sekuncup
|
Penurunan
curah jantung
|
2
|
21-12-2010
/09:00 WIB
|
Ds: pasien
mengatakan sesak nafas
Do:
Suhu : : 36,2
º C
TD : 110/70
mmHg
Nadi : 79
x/menit
RR : 25
x/menit
Sianosis (+)
Konjungtiva
pucat
Wheezing
(+)
|
TGA
Suplai O2 menurun
Hipoksia
Hiperventilasi
|
Pola nafas
tidak efektif
|
3
|
21-12-2010
/09:00 WIB
|
Ds: pasien
merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan
Do:
Bising
usus : 26 x/menit
Pasien
tidak tertarik untuk makan
Porsi makan
klien ½ porsi
Total
konsumsi : 900 kkal/hari
Mual
Muntal
|
Suplai O2 menurun
Sesak
pola makan berkurang
ketidak adekuatan intake
|
Nutrisi
kurang dari kebutuhan
|
C. Prioritas
diagnosis keperawatan
- Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan hiperventilasi yang ditandai dengan RR 25x/menit
- Penurunan curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume sekuncup yang ditandai dengan TD : 110/70 mmHg
- Nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan intake tidak adekuat akibat sekunder dari adanya sesak napas yang ditandai dengan total konsumsi 900 kkal/hari
- Resiko kekambuhan yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan pola hidup yang sesuai.
- Cemas yang berhubungan dengan rasa takut akan kematian, penurunan status kesehatan, situasi krisis, ancaman atau perubahan kesehatan.
D. Intervensi Keperawatan
Pada kondisi peningkatan curah
jantung, adanya pirau dari kiri ke kanan darah yang mengalilr ke bilik kanan
menjadi lebih banyak. Ini berarti beban arteri pulmonalis dan otot ventrikel
kanan yang otonya tidak setebal ventrikel kiri akan menjadi lebih berat.
Tgl/
Jam
|
Dx
|
Tujuan
& K.H
|
Intervensi
|
Rasional
|
21/12/ 2010
09:30
|
Pola napas
tidak efektif yang berhubungan dengan hiperventilasi yang ditandai dengan RR
25x/menit.
Ds: pasien
mengatakan sesak nafas
Do:
Suhu : :
36,2º C
TD : 110/70
mmHg
Nadi : 79
x/menit
RR : 25
x/menit
Sianosis (+)
Konjungtiva
pucat
Wheezing +
|
Efektifnya
pola nafas setelah tindakan keperawatan selama 1 x 30 menit dibuktikan
dengan:
Suhu :
36,5-37,5 º C
TD :
110-120/70-80 mmHg
Nadi : 80-100
x/menit
RR : 16-20
x/menit
Sianosis (-)
Konjungtiva
normal
Wheezing (-)
|
Pengkajian:
Pantau adanya pucat atau sianosis
|
Pucat atau sianosis merupakan
tanda bahwa klien kekurangan O2
|
Pantau
kecepatan irama, kedalaman, usaha respirasi
|
Untuk
mengetahui apakah keluhan pasien sudah berkurang setelah tindakan keperawatan
dilakukan.
|
|||
Kaji
kebutuhan insersi jalan nafas.
|
Untuk
mengetahui seberapa tingkat kebutuhan klien terhadap oksigen yang akan
diberikan.
|
|||
Auskultasi
bunyi nafas, kaji adanya bunyi nafas tambahan
|
Untuk mengetahui sebab dari sesak
nafas.
|
|||
HE :
Informasikan
kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola
pernafasan
|
Teknik
relaksasi akan mempermudah klien untuk mengurangi sesak nafasnya serta
memberikan rasa yang tenang.
|
|||
Informasikan
pada klien dan keluarga bahwa meraka harus memberitahukan pada perawat saat
terjadi ketidakefektifan pola pernafasan
|
Untuk
melakukan pertolongan dengan segera.
|
|||
Kolaborasi:
Berikan
oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai indikasi
|
Meningkatkan
sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium untuk melawan efek hipoksia /
iskemi
|
|||
Aktifitas
lain :
Posisikan
pasien untuk mengoptimalkan pernafasan
|
Posisi yang tepat akan membantu
pengoptimalan pernafasan klien
|
Tgl/
Jam
|
Dx
|
Tujuan
& K.H
|
Intervensi
|
Rasional
|
21/12/ 2010
09:30
|
Penurunan curah jantung yang
berhubungan dengan penurunan volume sekuncup yang ditandai dengan TD : 110/70
mmHg
Ds: pasien mengatakan nyeri dada
Do:
Suhu : : 36,2 ºC
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 79
x/menit
RR : 25
x/menit
Akral dingin
Sianosis
Konjungtiva
pucat
Wheezing +
Oedema
CRT ≥ 3
detik
|
Penurunan curah jantung teratasi
setelah tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam dibuktikan dengan:
Suhu :
36,5-37,5 º C
TD :
110-120/70-80 mmHg
Nadi : 80-100
x/menit
RR : 16-20
x/menit
Akral normal
Sianosis (-)
Konjungtiva
normal
Wheezing (-)
Tidak ada
oedema
CRT < 3
detik
|
Palpasi nadi perifer
|
Tanda penurunan curah jantung
dapat diperlihatkan dengan ciri menurunnya nadi, radial, popliteal, dorsalis
pedis, dan post-tibial, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk
dipalpasi, dan gangguan pulsasi (denyut kuat disertai dengan denyut lemah)
mungkin ada.
|
Kaji perubahan pada sensorik,
contoh letargi, cemas dan depresi
|
Penurunan curah jantung dapat
mengakibatkan tidak efektifnya perfusi serebral
|
|||
Berikan istirahat semi recumbent
pada tempat tidur atau kursi, kaji dengan pemeriksaan fisik sesuai indikasi
|
Istirahat fisik harus
dipertahankan selama gagal jantung kongestif akut atau refraktori untuk
memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan atau
konsumsi oksigen miokardium dan kerja berlebihan.
|
|||
Berikan istirahat psikologis
dengan lingkungan dengan tenang, menjelaskan manajemen medis atau
keperawatan, membantu klien menghindari stress, mendengar/berespons terhadap
ekspresi perasaan takut.
|
Stress emosi menghasilkan respon
vasokontriksi, yang terkait langsung dengan peningkatan tekana darah,
frekuensi, dan kerja jantung.
|
|||
Batasi aktifitas seperti BAB dan
BAK di samping tempat tidur, hindari maneuver valsava: mengejan, defekasi,
menahan nafas selama perubahan posisi.
|
Pispot digunakan untuk mengurangi
aktifitas ke kamar mandi atau kerja keras menggunakan beban. Maneuver valsava
menyebabkan rangsang vagal di ikuti dengan takikardia yang selanjutnya
berpengaruh pada fungsi jantung/curah jantung.
|
|||
Berikan
oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai indikasi
|
Meningkatkan
sediaan oksigen untuk kebutuhan miokardium untuk melawan efek hipoksia /
iskemi
|
|||
Pantau serial EKG
|
EKG merupaka indicator utama
terhadap perubahan konduksi elektrikal jantung. adanya perubahan dapat di
pantau dengan serial EKG
|
|||
Pemberian cairan IV, pembatasan
jumlah total sesuai dengan indikasi, hindari cairan garam.
|
Karena adanya peningkatan tekanan
ventrikel kiri klien tidak dapat menoleransi peningkatan beban wal (preload)
klien juga mengeluarkan sedikit natrium yang menyebabkan retensi cairan dan
meningkatkan kerja miokardium.
|
|||
Kolaborasi untuk dilakukan
pembedahan
|
TGA dengan regurgitas aorta yang
berat memerlukan koreksi TGA dan rekonstruksi katub aorta pada usia muda.
|
E. Implementasi
Tgl/Jam
|
No.
Dx
|
Implementasi
|
Paraf
|
21/12/ 2010
10:00
|
1
|
Pengkajian:
Memantau adanya pucat atau
sianosis
Hasil : sianosis (-)
|
|
Memantau
kecepatan irama, kedalaman, usaha respirasi
Hasil : RR :
19 x/menit
|
|||
Mengkaji
kebutuhan insersi jalan nafas.
Hasil :
|
|||
Mengauskultasi
bunyi nafas, mengkaji adanya bunyi nafas tambahan
Hasil :
Wheezing masih terdengar namun sudah berkurang
|
|||
HE :
Menginformasikan
kepada klien dan keluarga tentang teknik relaksasi untuk meningkatkan pola
pernafasan
Respon :
pasien dan keluarga tahu dan paham serta dapat melakukan teknik relaksasi
yang telah diajarkan.
|
|||
Menginformasikan
pada klien dan keluarga bahwa meraka harus memberitahukan pada perawat saat
terjadi ketidakefektifan pola pernafasan
Respon :
klien dan keluarga mau melaporkan jika terjadi ketidakefektifan pola pernafasan
|
|||
Kolaborasi:
Memberikan
oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai indikasi
Hasil : sesak
nafas berkurang
|
|||
Aktifitas
lain :
Memposisikan
pasien untuk mengoptimalkan pernafasan
Hasil : klien
merasa nyaman dengan posisi yang diberikan padanya.
|
Tgl/Jam
|
No.
Dx
|
Implementasi
|
Paraf
|
21/12/ 2010
10:00
|
2
|
Melakukan palpasi nadi perifer
Hasil : nadi : 100 x/ menit
|
|
mengkaji perubahan pada sensorik,
contoh letargi, cemas dan depresi
Hasil : pasien masih agak sedikit
cemas dengan kedaan fisiknya
|
|||
Memberikan istirahat semi
recumbent pada tempat tidur atau kursi, mengkaji dengan pemeriksaan fisik
sesuai indikasi
Respon :
pasien merasa nyaman dengan posisi tersebut.
|
|||
Memberikan istirahat psikologis
dengan lingkungan dengan tenang, menjelaskan manajemen medis atau
keperawatan, membantu klien menghindari stress, mendengar/berespons terhadap
ekspresi perasaan takut.
Hasil : Pasien sudah mulai membaik
dengan keadaan psikologisnya
|
|||
Membatasi aktifitas seperti BAB
dan BAK di samping tempat tidur, hindari maneuver valsava: mengejan,
defekasi, menahan nafas selama perubahan posisi
Hasil : pasien mau melakukan apa
yang diinginkan perawat yaitu menghindari maneuver valsava
|
|||
Memberikan
oksigen tambahan dengan kanula nasal/ masker sesuai indikasi
Hasil : sesak
nafas sudah berkurang
|
|||
Memantau serial EKG
Hasil : EKG masih menunjukkan
hasil yang sama
|
|||
Memberikan cairan IV, pembatasan
jumlah total sesuai dengan indikasi, hindari cairan garam.
Hasil :
pasien masih terlihat lemas.
|
|||
Mengkolaborasikan
untuk dilakukan pembedahan
Hasil : Tim
medis mau melakukan pembedahan sesegera mungkin untuk menghindari keparahan
penyakit.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
diantara malam aku sujut bersimpu malu meratapi segala kelemahan dan kekurangnku dan segala dosa yag ku perbuat