A.
Definisi
Ø
Psoriasis adalah ganggguan kulit yang ditandai
dengan plaque, bercak, bersisik yang dikenal dengan nama penyakit papulosquamoas.
( Price, 1994)
Ø
Psoriasis merupakan penyakit radang kulit kronik
dan rekuren / kambuhan, ditandai dengan adanya bercak-bercak kemerahan dengan
sisik putih yang kasar dan tebal.
(httt//www.sinarharapan.co.id)
Ø
Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit yang
bersifat kronik dan rekuren, yang khas ditandai dengan papula atau plak
eritematosa, kering, batas tegas dan tertutup skuama tebal berlapis-lapis,
berwarna putih keabu-abuan atau putih seperti perak / mika.
Ø
Psoriasis adalah penyakit inflamasi non
infeksius yang kronik pada kulit dimana produksi sel-sel epidermis terjadi
dengan kecepatan ±
6-9 x lebih besar daripada kecepatan sel normal.
(Smeltzer, Suzanne)
Ø
Psoriasis adalah masalah kulit di mana bagian
kulit menjadi radang dan ditutupi sisik berwarna perak atau kelabu pada siku,
lutut dan kulit kepala.
Ø
Psoriasis adalah suatu penyakit radang kulit
yang kronis. Penyakit ini ditandai dengan bercak-bercak merah dengan sisik
kasar dan tebal. Penyakit tersebut dianggap sebagai suatu penyakit gangguan
kekebalan tubuh, yang dipengaruhi terutama oleh sel T (salah satu jenis sel darah
putih). Sel T yang teraktivasi akan berinteraksi dengan sel kulit (terutama
keratinosit) dan mengakibatkan pembentukan kulit yang tebal dan bersisik.
(www.suarapembaharuan.com)
Ø
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit kronis
yang tidak menular, sering kambuh, yang disebabkan oleh proses autoimun dan
kadang-kadang dapat diturunkan.
Ø
Psoriasis adalah sejenis penyakit kulit yang
penderitanya mengalami proses pergantian kulit yang terlalu cepat. Biasanya
bentuk kulit bersisik. Kemunculan penyakit ini terkadang untuk jangka waktu
lama atau timbul/hilang, penyakit ini secara klinis sifatnya tidak mengancam
jiwa dan tidak menular tetapi karena timbulnya dapat terjadi pada bagian tubuh
mana saja sehingga dapat menurunkan kualitas hidup serta mengganggu kekuatan
mental seseorang bila tidak dirawat dengan baik.
(www.psoriasis.or.id)
B. Anatomi fisiologis
Pembagian kulit secara garis besar :
a. Epidermis
Lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus menerus mengalami mitosis dan diganti dengan yang baru sekitar 30 hari. Epidermis mengandung reseptor-resepror sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran dan nyeri. Lapisan epidermis terdiri dari: stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale.
b. Dermis
Dermis terletak tepat di bawah epidermis. Jaringan ini dianggap jaringan ikat longgar dan terdiri dari sel-sel fibroblas yang mengeluarkan protein kolagen dan elastin. Lapisan dermis terdiri dari pars papelare dan pars retikulare.
c. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis di bawah dermis. Lapisan ini terdiri dari lemak dan jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam kejut dan insulamtor panas. Lapisan subkutis adalah tempat penyimpanan kalori
Faal kulit:
a. Fungsi proteksi
b. Fungsi absorpsi
c. Fungsi ekskresi
d. Fungsi persepsi
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh
f. Fungsi pembentukan pigmen
g. Fungsi keratinisasi
h. Fungsi pembentukan vit. D
a. Fungsi proteksi
b. Fungsi absorpsi
c. Fungsi ekskresi
d. Fungsi persepsi
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh
f. Fungsi pembentukan pigmen
g. Fungsi keratinisasi
h. Fungsi pembentukan vit. D
B.
Etiologi
Penyebab psoriasis sampai saat ini belum diketahui.
Diduga penyakit ini diwariskan secara poligenik. Walaupun sebagian besar
penderita psoriasis timbul secara spontan, namun pada beberapa penderita
dijumpai adanya faktor pencetus antara lain:
1.
Trauma
Psoriasis pertama kali timbul pada tempat-tempat yang terkena trauma,
garukan, luka bekas operasi, bekas vaksinasi, dan sebagainya. Kemungkinan hal
ini merupakan mekanisme fenomena Koebner. Khas pada psoriasis timbul setelah
7-14 hari terjadinya trauma.
2.
Infeksi
Pada anak-anak terutama infeksi Streptokokus hemolitikus sering
menyebabkan psoriasis gutata. Psoriasis juga timbul setelah infeksi kuman lain
dan infeksi virus tertentu, namun menghilang setelah infeksinya sembuh.
3.
Iklim
Beberapa kasus cenderung menyembuh pada musim panas, sedangkan pada musim
penghujan akan kambuh.
4.
Faktor endokrin
Insiden tertinggi pada masa pubertas dan menopause. Psoriasis cenderung
membaik selama kehamilan dan kambuh serta resisten terhadap pengobatan setelah
melahirkan. Kadang-kadang psoriasis pustulosa generalisata timbul pada waktu
hamil dan setelah pengobatan progesteron dosis tinggi.
5.
Sinar matahari
Walaupun umumnya sinar matahari bermanfaat bagi penderita psoriasis namun
pada beberapa penderita sinar matahari yang kuat dapat merangsang timbulnya
psoriasis. Pengobatan fotokimia mempunyai efek yang serupa pada beberapa
penderita.
6.
Metabolik
Hipokalsemia dapat menimbulkan psoriasis.
7.
Obat-obatan
Ø
Antimalaria seperti mepakrin dan klorokuin
kadang-kadang dapat memperberat psoriasis, bahkan dapat menyebabkan
eritrodermia.
Ø
Pengobatan dengan kortikosteroid topikal atau
sistemik dosis tinggi dapat menimbulkan efek “withdrawal”.
Ø
Lithium yang dipakai pada pengobatan penderita
mania dan depresi telah diakui sebagai pencetus psoriasis.
Ø
Alkohol dalam jumlah besar diduga dapat memperburuk
psoriasis.
Ø
Hipersensitivitas terhadap nistatin, yodium,
salisilat dan progesteron dapat menimbulkan psoriasis pustulosa generalisata.
Berdasarkan penelitian para dokter, ada beberapa hal yang diperkirakan
dapat memicu timbulnya Psoriasis, antara lain adalah :
Ø
Garukan/gesekan dan tekanan yang berulang-ulang
, misalnya pada saat gatal digaruk terlalu kuat atau penekanan anggota tubuh
terlalu sering pada saat beraktivitas. Bila Psoriasis sudah muncul dan kemudian
digaruk/dikorek, maka akan mengakibatkan kulit bertambah tebal.
Ø
Obat telan tertentu antara lain obat anti
hipertensi dan antibiotik.
Ø
Mengoleskan obat terlalu keras bagi kulit.
Ø
Emosi tak terkendali.
Ø
Makanan berkalori sangat tinggi sehingga badan
terasa panas dan kulit menjadi merah , misalnya mengandung alcohol.
C.
Macam-Macam Psoriasis
Ø
Berdasarkan bentuk lesi, dikenal bermacam-macam
psoriasis antara lain:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
|
Psoriasis
punctata
Psoriasis
folikularis
Psoriasis
guttata
Psoriasis
numularis
Psoriasis
girata
Psoriasis
anularis
Psoriasis
diskoidea
Psoriasis
ostracea
Psoriasis
rupioides
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
Lesi sebesar
jarum pentul atau milier.
Lesi dengan
skuama tipis terletak pada muara folikel rambut.
Lesi sebesar
tetesan air.
Lesi sebesar
uang logam.
Lesi sebesar
daun.
Lesi melingka
berbentuk seperti cincin karena adanya involusi dibagian tengahnya.
Lesi merupakan
bercak solid yang menetap.
Lesi berupa
penebalan kulit yang kasar dan tertutup lembaran-lembaran skuama mirip kulit
tiram.
Lesi berkrusta
mirip rupia sifilitika.
|
Ø
Tipe-tipe psoriasis. Psoriasis terbagi atas:
ü
Psoriasis vulgaris: bentuk ini ialah jenis yang
paling umum karena itu disebut vulgaris, dinamakan pula tipe plak karena
lesi-lesinya berbentuk plak. Tempat predileksinya seperti yang telah
diterangkan di atas.
ü
Psoriasis gutata: diameter kelainan biasanya
tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan mengenai seluruh badan, umumnya
setelah infeksi di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili
(campak), terutama pada anak dan dewasa muda.
Psoriasis putulosa: gejala awalnya ialah kulit
yang nyeri disertai gejala umum berupa demam, mudah capek, mual, dan nafsu
makan menurun. Kelainan kulit psoriasis yang telah ada makin merah. Setelah
beberapa jam timbul agak bengkak dan bintil-bintil bernanah pada bercak merah
tersebut. Kelainan-kelainan semacam itu akan terus muncul dan dapat menjadi
eritroderma.
ü
Psoriasis eritrodermis: dapat disebabkan oleh
pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas.
Biasanya kelainan kulit yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena
terdapat kemerahan dan bersisik tebal yang menyeluruh. Ada kalanya kelainan
kulit psoriasis masih tampak samar-samar, yakni lebih merah dan kulitnya lebih
meninggi.
ü
Psoriasis kuku: menyerang dan merusak kuku.
Permukaan kuku tampak lekukan-lekukan kecil. Jenis ini termasuk yang bandel,
sehingga penderita sulit sembuh.
ü
Psoriasis artritis: penyakit ini dapat pula
disertai peradangan pada sendi, sehingga sendi terasa nyeri, membengkak dan
kaku, persis seperti gejala rematik. Pada tahap ini, penderita harus segera
ditolong agar sendi-sendinya tidak sampai keropos.
Ø
Berdasarkan lokalisasi lesi maka dikenal bentuk
psoriasis atipik seperti:
1.
Psoriasis digitalis atau interdigitalis.
2.
Lesi verukosa terutama di tungkai bawah.
3.
Lesi dengan distribusi seperti sarung tangan atau kaos
kaki.
4.
Psoriasis fleksural atau inversus bila lesi didapatkan
di daerah fleksor atau lipatan-lipatan tubuh misalnya lipat paha, aksila,
lipatan di bawah payudara dan lainnya.
5.
Psoriasis seboreik bila lesi didapatkan di daerah
seboreik seperti kulit kepala, alis mata, belakang telinga dan sebagainya.
D.
Manifestasi Klinik
Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah menonjol pada
kulit yang ditutupi oleh sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut
terbentuk karena penumpukan kulit yang hidup dan mati akibat peningkatan
kecepatan pertumbuhan serta pergantian sel-sel kulit yang sangat besar. Jika
sisik tersebut dikerok, maka terlihat dasar lesi yang berwarna merah gelap dengan
titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini tidak basah dan bisa terasa gatal
atau tidak gatal.
Psoriasis ditandai dengan hiperkeratosis dan penebalan
epidermis kulit serta proses radang, sehingga timbul skuamasi (pengelupasan)
dan indurasi eritematosa (kulit meradang dan kemerahan). Menyerang kulit, kuku,
mukosa dan sendi, tetapi tidak pada rambut. Pada umumnya tidak membehayakan
jiwa, kecuali yang mengalami komplikasi, namun penyakit ini sangat mengganggu
kualitas hidup.
Kulit penderita psoriasis awalnya tampak seperti
bintik merah yang makin melebar dan ditumbuhi sisik lebar putih berlapis-lapis.
Tumbuhnya tidak selalu diseluruh bagian kulit tubuh kadang-kadang hanya timbul
pada tempat-tempat tertentu saja, karena pergiliran sel-sel kulit bagian
lainnya berjalan normal. Psoriasis pada kulit kepala dapat menyerupai ketombe,
sedangkan pada lempeng kuku tampak lubang-lubang kecil rapuh atau keruh.
Penyakit psoriasis dapat disertai dengan / tanpa rasa
gatal. Kulit dapat membaik seperti kulit normal lainnya setelah warna
kemerahan, putih atau kehitaman bekas psoriasis. Pada beberapa jenis psoriasis,
komplikasi yang diakibatkan dapat menjadi serius, seperti pada psoriasis
artropi yaitu psoriasis yang menyerang sendi, psoriasis bernanah (psoriasis
postulosa) dan terakhir seluruh kulit akan menjadi merah disertai badan
menggigil (eritoderma).
Gejala dari psoriasis antara lain:
Ø
Mengeluh gatal ringan
Ø
Bercak-bercak eritema yang meninggi, skuama
diatasnya.
Ø
Terdapat fenomena tetesan lilin
Ø
Menyebabkan kelainan kuku
E.
Patofisiologi
Patogenesis terjadinya psoriasis, diperkirakan karena:
1.
Terjadi peningkatan “turnover” epidermis atau kecepatan
pembentukannya dimana pada kulit normal memerlukan waktu 26-28 hari, pada
psoriasis hanya 3-4 hari sehingga gambaran klinik tampak adanya skuama dimana
hiperkeratotik. Disamping itu pematangan sel-sel epidermis tidak sempurna.
2.
Adanya faktor keturunan ditandai dengan perjalanan
penyakit yang kronik dimana terdapat penyembuhan dan kekambuhan spontan serta
predileksi lesinya pada tempat-tempat tertentu.
3.
Perubahan-perubahan biokimia yang terjadi pada
psoriasis meliputi:
a.
Peningkatan replikasi DNA.
b.
Berubahnya kadar siklik nukleotida.
c.
Kelainan prostaglandin dan prekursornya.
d.
Berubahnya metabolisme karbohidrat.
Normalnya sel kulit akan matur pada 28-30 hari dan
kemudian terlepas dari permukaan kulit. Pada penderita psoriasis, sel kulit
akan matur dan menuju permukaan kulit pada 3-4 hari, sehingga akan menonjol dan
menimbulkan bentukan peninggian kumpulan plak berwarna kemerahan. Warna
kemerahan tersebut berasal dari peningkatan suplai darah untuk nutrisi bagi sel
kulit yang bersangkutan. Bentukan berwarna putih seperti tetesan lilin (atau
sisik putih) merupakan campuran sel kulit yang mati. Bila dilakukan kerokan
pada permukaan psoriasis, maka akan timbul gejala koebner phenomenon. Terdapat
banyak tipe dari psoriasis, misalnya plaque, guttate, pustular, inverse, dan
erythrodermic psoriasis. Umumnya psoriasis akan timbul pada kulit kepala, siku
bagian luar, lutut, maupun daerah penekanan lainnya. Tetapi psoriasis dapat
pula berkembang di daerah lain, termasuk pada kuku, telapak tangan, genitalia,
wajah, dll.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita
psoriasis menunjukkan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan
pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang
bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak
dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan
migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal
dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti perak).
Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain
disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin
monofosfat (AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan
poliamin juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut
dalam mempengaruhi pembentukan plak psoriatik belum dapat dimengerti secara
jelas.
F.
Komplikasi
- Psoriasis Pustulosa
Kadang-kadang diatas makula eritematosa pada psoriasis
timbul pustula-pustula kecil dengan ukuran 1-2 mm. keadaan ini dikenal dengan
psoriasis postula.
Ada 2 bentuk psoriasis postula:
a.
Psoriasis postulosa generalisata (bentuk Von Zumbusch).
Bentuk ini bersifat akut, merupakan bentuk sistemik
dari psoriasis dengan ciri eritematosa disertai demam dan gejala penyakit
sistemik yang lain. Postula dapat timbul diatas lesi psoriasis atau pada kulit
sehat yang mengalami eritema sebelumnya. Lesi ini menyebar dengan cepat dan
timbulnya bergelombang. Postula yang timbul tersusun berkelompok atau diskret.
Kuku menebal dan pecah-pecah karena adanya nanah.
Mukosa mulut dan lidah dapat mengalami kelainan. Kematian terjadi karena toksik
atau infeksi.
b.
Psoriasis postulosa lokalisata (bentuk Barber)
Bentuk ini bersifat kronik dan sangat resisten
terhadap pengobatan. Biasanya menyerang telapak tangan dan telapak kaki serta
distribusinya simetris. Lesi berupa postula diatas plak eritematosa, berskuama.
Postula yang masih baru berwarna kuning, kemudian berubah menjadi kuning
kecoklatan dan bila postula mengering berwarna coklat gelap. Akhirnya postula
yang kering ini mengelupas. Kadang-kadang timbul rasa gatal tetapi lebih sering
timbul keluhan seperti rasa terbakar.
- Psoriasis arthritis
Biasanya mengenai sendi-sendi interfalangeal distal
dari jari tangan dan kaki. Pada stadium akut, sendi yang terserang menjadi
bengkak, keras dan sakit. Bila berlangsung lama dapat menimbulkan kerusakan
tulang dan synovial eusion, menyebabkan pemendekan tulang dan hal ini
mengakibatkan pergerakan sendi menjadi sulit, jari memendek dan kaku dalam
posisi fleksi. Secara rotgenologik tampak sendi yang atrofi dengan permulaan
osteoporosis diikuti peningkatan densitas tulang, penyempitan rongga persendian
dan erosi permukaan sendi.
- Psoriasis eritrodermia
Psoriasis yang kronik dan luas dengan perjalanan
penyakit yang lama dapat berkembang menjadi eritodermia. Seluruh permukaan
tubuh menjadi merah dan tertutup skuama putih yang halus. Umumnya bentuk ini
timbul akibat pemakaian obat topikal atau penyinaran yang berlebihan.
Biasanya sulit diobati dan bila pengobatan berhasil maka erupsi
eritodermia menghilang dan lesi psoriasis yang khas akan muncul kembali.
G.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk memperlambat
pergantian epidermis, meningkatkan resolusi lesi psoriatik dan mengendalikan
penyakit tersebut. Pendekatan terapeutik harus berupa pendekatan yang dapat
dipahami oleh pasien, pendekatan ini harus bisa diterima secara kosmetik dan
tidak mempengaruhi cara hidup pasien. Terapi psoriasis akan melibatkan komitmen
waktu dan upaya oleh pasien dan mungkin pula keluarganya.
Ada tiga terapi yang standar: topikal, intralesi dan
sistemik.
Ø Terapi
topikal
Preparat yang dioleskan secara topikal digunakan untuk
melambatkan aktivitas epidermis yang berlebihan tanpa mempengaruhi jaringan
lainnya. Obat-obatannya mencakup preparat ter, anthralin, asam salisilat dan
kortikosteroid. Terapi dengan preparat ini cenderung mensupresi epidermopoisis
(pembentukan sel-sel epidermis).
Formulasi ter mencakup losion, salep, pasta,
krim dan sampo. Rendaman ter dapat menimbulkan retardasi dan inhibisi terhadap
pertumbuhan jaringan psoriatik yang cepat. Terapi ter dapat dikombinasikan
dengan sinar ultraviolet-B yang dosisnya ditentukan secara cermat sehingga
menghasilkan radiasi dengan panjang gelombang antara 280 dan 320 nanometer
(nm). Selama fase terapi ini pasien dianjurkan untuk menggunakan kacamata
pelindung dan melindungi matanya. Pemakaian sampo ter setiap hari yang diikuti
dengan pengolesan losion steroid dapat digunakan untuk lesi kulit kepala.
Pasien juga diajarkan untuk menghilangkan sisik yang berlebihan dengan
menggosoknya memakai sikat lunak pada waktu amndi.
Anthralin adalah preparat (Anthra-Derm,
Dritho-Crème, Lasan) yang berguna untuk mengatasi plak psoriatik yang tebal
yang resisten terhadap preparat kortikosteroid atau preparat ter lainnya.
Kortikosteroid topikal dapat dioleskan untuk
memberikan efek antiinflamasi. Setelah obat ini dioleskan, bagian kulit yang
diobati ditutup dengan kasa lembaran plastik oklusif untuk menggalakkan
penetrasi obat dan melunakkan plak yang bersisik.
Ø Terapi
intralesi
Penyuntikan triamsinolon asetonida intralesi
(Aristocort, Kenalog-10, Trymex) dapat dilakukan langsung kedalam berck-bercak
psoriasis yang terlihat nyata atau yang terisolasi dan resisten terhadap bentuk
terapi lainnya. Kita harus hati-hati agar kulit yang normal tidak disuntuik
dengan obat ini.
Ø Terapi
sistemik
Metotreksat bekerja dengan cara menghambat
sintesis DNA dalam sel epidermis sehingga mengurangi waktu pergantian epidermis
yang psoriatik. Walaupun begitu, obat ini bisa sangat toksik, khususnya bagi
hepar yang dapat mengalamim kerusakan yang irreversible. Jadi, pemantauan
melalui pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk memastikan bahwa sistem
hepatik, hematopoitik dan renal pasien masih berfungsi secara adekuat.
Pasien tidak boleh minum minuman alkohol selama
menjalani pengobatan dengan metotreksat karena preparat ini akan memperbesar
kemungkinan kerusakn hepar. Metotreksat bersifat teratogenik (menimbulkan cacat
fisik janin) pada wanita hamil.
Hidroksiurea menghambat replikasi sel dengan
mempengaruhi sintesis DNA. Monitoring pasien dilakukan untuk memantau
tanda-tanda dan gejal depresi sumsum tulang.
Siklosporin A, suatu peptida siklik yang
dipakai untuk mencegah rejeksi organ yang dicangkokkan, menunjukkan beberapa
keberhasilan dalam pengobatan kasus-kasus psoriasis yang berat dan resisten
terhadap terapi. Kendati demikian, penggunaannya amat terbatas mengingat efek
samping hipertensi dan nefroktoksisitas yang ditimbulkan (Stiller, 1994).
Retinoid oral (derivat sintetik vitamin A dan
metabolitnya, asam vitamin A) akan memodulasi pertumbuhan serta diferensiasi
jaringan epiterial, dan dengan demikian pemakaian preparat ini memberikan
harapan yang besar dalam pengobatan pasien psoriasis yang berat.
Fotokemoterapi. Terapi psoriasis yang sangat
mempengaruhi keadaan umum pasien adalah psoralen dan sinar ultraviolet A
(PUVA). Terapi PUVA meliputi pemberian preparat fotosensitisasi (biasanya
8-metoksipsoralen) dalam dosis standar yang kemudian diikuti dengan pajanan
sinar ultraviolet gelombang panjang setelah kadar obat dalam plasma mencapai
puncaknya. Meskipun mekanisme kerjanya tidak dimengerti sepenuhnya, namun
diperkirakan ketika kulit yang sudah diobati dengan psoralen itu terpajan sinar
ultraviolet A, maka psoralen akan berkaitan dengan DNA dan menurunkan
proliferasi sel. PUVA bukan terapi tanpa bahaya; terapi ini disertai dengan
resiko jangka panjang terjadinya kanker kulit, katarak dan penuaan prematur
kulit.
Terapi PUVA mensyaratkan agar psoralen
diberikan peroral dan setelah 2 jam kemudian diikuti oleh irradiasi sinar
ultraviolet gelombang panjang denagn intensitas tinggi. (sinar ultraviolet
merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik yang mengandung panjang
gelombang yang berkisar dari 180 hingga 400 nm).
Terapi sinar ultraviolet B (UVB) juga digunakan
untuk mengatasi plak yang menyeluruh. Terapi ini dikombinasikan dengan terapi
topikal ter batubara (terapi goeckerman). Efek sampingnya serupa dengan
efek samping pada terapi PUVA.
Etretinate (Tergison) adalah obat yang relatif
baru (1986). Ia adalah derivat dari Vitamin A. Bisa diminum sendiri atau dikombinasi
dengan sinar ultraviolet. Hal ini dilakukan pada penderita yang sudah bandel
dengan obat obat lainnya yang terdahulu.
Di antara pengobatan tersebut diatas, yang paling
efektif untuk mengobati psoriasis adalah dengan ultraviolet (fototerapi), karena
dengan fototerapi penyakit psoriasis dapat lebih cepat mengalami “clearing”
atau “almost clearing” (keadaan dimana kelainan / gejala psoriasis hilang atau
hampir hilang). Keadaan ini disebut “remisi”. Masa remisi fototerapi tersebut
bisa bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan lainnya.
Pengobatan fotokemoterapi, yaitu dengan menggunakan
kombinasi radiasi ultraviolet dan oral psoralen (PUVA), namun kelemahannya
adalah untuk jangka panjang dapat menimbulkan kanker kulit.
Fototerapi UVB konvensional dengan menggunakan sinar
UVB broadband dengan panjang gelombang 290-320 nm. Terapi kurang praktis karana
pasien harus masuk ke dalam light box.
ototerapi dengan alat Monochromatic
Excimer Light 308 nm (MEL 308 nm) merupakan bentuk fototerapi UVB yang paling
mutakhir dengan menggunakan sinar laser narrowband UVB dengan panjang gelombang
308 nm. Dibandingkan dengan narrowband UVB, MEL 308 nm lebih cepat dan lebih
efektif dalam mengobati psoriasis yang resisten.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
Berfokus pada cara pasien menghadapi kondisi kulit
yang psoriatik, penampakan kulit “ normal “ dan penampakan lesi kulit.
Manifestasi yang terlihat adalah papula merah bersisik yang menyatu untuk
membentuk plak berbentuk oval dengan batas yang jelas. Sisik atau skuama yang
berwarna putih perak juga terdapat. Daerah kulit didekatnya akan memperlihatkan
plak yang licin dan merah dengan permukaan yang mengalami maserasi. Pemeriksaan
harus dilakukan pada daerah-daerah, khususnya yang cenderung untuk mengalami
psoriasis, yaitu: siku, lutut, kulit kepala, celah gluteus, jari-jari tangan
dan kaki.
Perawat harus menilai dampak penyakit tersebut pada
pasien dan strategi koping ynag digunakan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari
serta interaksi antara anggota keluarga dan teman-teman. Banyak pasien perlu
ditentramkan kekawatirannya dengan penjelasan bahwa penyakitnya tidak menular,
bukan mencerminkan higiene perorangan yang buruk dan juga bukan kanker kulit .
B.
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya
lesi.
2.
Gangguan body image berhubungan dengan adanya sisik
pada kulit.
3.
Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan
interpretasi, kurang informasi.
C.
Intervensi Keperatan
NO
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
& Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan adanya lesi.
|
Setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan tidak terjadi gangguan pada
integritas kulit. Dengan kriteria hasil:
Ø Mempertahankan
integritas kulit.
Ø Tidak
ada lesi.
|
Ø
Kaji atau catat ukuran, warna, keadaan luka /
kondisi sekitar luka.
Ø
Lakukan kompres basah dan sejuk atau terapi
rendaman.
Ø
Lakukan perawatan luka dan hygiene sesudah itu
keringkan kulit dengan hati-hati dan taburi bedak yang tidak iritatif.
Ø
Berikan prioritas untuk meningkatkan kenyamanan
dan kehangatan pasien
Ø
Gosokkan krim pelembab atau minyak secara
lembut.
|
Ø
Memberikan informasi dasar tentang penanganan
kulit.
Ø
Merupakan tindakan protektif yang dapat
mengurangi nyeri.
Ø
Memungkinkan pasien lebih bebas bergerak dan
meningkatkan kenyamanan pasien.
Ø
Mempercepat proses rehabilitasi pasien.
Ø
Untuk menghilangkan debriment.
|
2.
|
Gangguan body image berhubungan
dengan adanya sisik pada kulit.
|
Setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan selama 1X24 jam, diharapkan tidak terjadi gangguan body image.
Dengan kriteria hasil:
Ø Menyatakan
penerimaan situasi diri.
Ø Bicara
dengan keluarga/orang terdekat tentang situasi, perubahan yang terjadi.
|
Ø
Berikan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaan tentang perubahan citra tubuh.
Ø
Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien.
Ø
Bantu klien dalam mengembangkan kemampuan
untuk menilai diri dan mengenali serta mengatasi masalah.
Ø
Mendukung upaya klien untuk memperbaiki citra
diri, mendorong sosialisasi dengan orang lain dan membantu klien ke arah
penerimaan diri.
|
Ø
Klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan
dipahami dalam proses peningkatan kepercayaan diri.
Ø
Memberikan kesempatan kepada perawat untuk
menetralkan kecemasan dan memulihkan realitas situasi.
Ø
Kesan seseorang terhadap dirinya sangat
berpengaruh dalam pengembalian kepercayaan diri.
Ø
Pendekatan dan saran yang positif dapat membantu
menguatkan usaha dan kepercayaan yang dilakukan.
|
3.
|
Kurang pengetahuan terhadap
penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x 24 jam di harapkan pasien dapat mengerti tentang
penyakit dan pengobatan yang berhubungan dengan penyakitnya.
Dengan kriteria hasil :
Ø pasien
mengerti dan paham tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan.
Ø pasien
dapat mengerti tentang tindakan pengobatan dan terapi
Ø melakukan
perubahan pola hidup tertentu dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
|
Ø
Kaji ulang prognosis dan harapan yang akan
datang.
Ø
diskusikan perawatan kulit contoh penggunaan
pelembab dan pelindung sinar matahari.
Ø
Dorong kesinambungan program latihan dan
jadwalkan periode istirahat.
Ø
Kaji ulang pengobatan, termasuk tujuan, dosis,
rute, dan efek samping yang diharapkan dapat di laporkan.
Ø
Berikan nomor telepon untuk orang yang di
hubungi.
|
Ø
Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien
dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.
Ø
Gatal, lepuh, dan sensitifitas luka yang
sembuh .
Ø
Mempertahankan
mobilitas, menurunkan komplikasi dan mencegah kelelahan, membantu
proses penyembuhan.
Ø
Pengulangan memungkinkan kesempatan untuk
untuk bertanya dan menyakinkan pemahaman yanh akurat.
Ø
Memberikan akses yang mudah bagi tim
pengobatan untuk menguatkan pendidikan , klarifikasi kesalahan konsep, dan menurunkan potensial
komplikasi
|